Seperti yang kita tahu, penggunaan plastik untuk kegiatan sehari-hari sudah menjadi budaya tersendiri bagi kita. Sehingga terkadang plastik-plastik yang sudah digunakan menumpuk dan menjadi sampah plastik yang tidak bisa diantisipasi lagi oleh pemerintah. Salah satu cara untuk mengurangi penumpukan sampah plastik adalah dengan mencegah penggunaan plastik di beberapa aspek, salah satunya adalah larangan penggunaan kantong plastik.
Maka dari itu, Pemerintah daerah DKI Jakarta mengeluarkan larangan untuk menggunakan kantong plastik. Larangan penggunaan kantong plastik di DKI Jakarta telah diberlakukan sejak 1 Juli 2020. Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan Pasar Rakyat.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun telah menyiapkan sejumlah sanksi bagi para pelanggar aturan tersebut berupa sanksi administratif, mulai dari teguran tertulis, uang denda, pembekuan izin, hingga pencabutan izin. Namun, saat ini pengawasan difokuskan pada pembinaan sebelum masuk ranah pemberian sanksi administratif. (1) Saat ini sudah ada 39 kota dan 2 provinsi yang mengeluarkan kebijakan pembatasan penggunaan plastik. Hal positif ini mulai timbul karena pemerintah aware akan bahaya sampah plastik. Dan kita sebagai masyarakat seharusnya mendukung hal tersebut, dengan mengikuti peraturannya. (2)
Tetapi, larangan yang sudah diberlakukan ini masih dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat dan masih menggunakan plastik secara masif. Ternyata ada alasan mengapa masyarakat secara umum, tidak bisa terlepas dari penggunaan plastik. Berikut adalah beberapa alasan, mengapa masyarakat tetap menggunakan plastik:
1. Keterbatasan Dalam Memilih Alternatif Selain Plastik
Saat ini, hampir sebagian produk kebutuhan sehari-hari disediakan dalam bentuk kemasan plastik, baik pada produk makanan, kebutuhan rumah tangga, serta kebutuhan sehari-hari lainnya.
2. Faktor Harga Yang Mahal
Masyarakat menilai bahwa produk-produk dengan wadah yang ramah lingkungan cenderung lebih mahal. Hal ini memberatkan masyarakat terutama yang berada di kondisi ekonomi menengah ke bawah.
3. Faktor Kepraktisan
Faktor kepraktisan juga menjadi salah satu kendala utama untuk menghentikan penggunaan plastik sekali pakai. Masyarakat sudah terbiasa dengan budaya kepraktisan dari penggunaan kemasan plastik pada produk yang banyak disediakan oleh pasar. Selama ini banyak sekali produk kebutuhan sehari-hari kita yang memang didesain lebih praktis. Jadi kita dengan mudah bisa beli, kemudian kita gunakan, lalu setelah itu bisa langsung dibuang.
4. Faktor Aksesibilitas Terhadap Produk Ramah Lingkungan
Mungkin kebanyakan orang sudah mengetahui bahwa ada produk yang ramah lingkungan. Tetapi, akses untuk mendapatkan produk tersebut masih terbilang langka. (3)
5. Faktor Kebiasaan
Seperti yang paling sering menjadi alasan, bahwa penggunaan plastik sudah menjadi kebiasaan tersendiri bagi masyarakat secara umum. Dan hal ini harus diubah secara perlahan. Mulai dari edukasi sejak dini oleh orang tua kepada anak, hingga edukasi pemerintah ke masyarakat secara luas.
Itulah beberapa hal yang menjadi alasan masyarakat umum tetap menggunakan plastik untuk kegiatan sehari-hari mereka. Dan kita sebagai masyarakat yang sudah memahami betapa bahayanya sampah plastik, harus mulai mengedukasi orang terdekat kita tentang bahaya penggunaan plastik secara sering. Berbicara mengenai edukasi sampah plastik, hal ini juga sesuai dengan pilar AQUA Bijak Berplastik. Pengumpulan, Edukasi dan Inovasi merupakan 3 pilar utama AQUA Bijak Berplastik.
Untuk Pengumpulan yang dimaksud adalah AQUA berupaya Lebih banyak sampah plastik yang dikumpulkan daripada yang digunakan. Dan AQUA bersinergi dengan Pemerintah dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengumpulkan dan mendaur ulang sampah plastik, menerapkan teknologi pengumpulan sampah yang inovatif dan melakukan pemberdayaan pekerja persampahan terutama di sektor informal. Salah satu program nyata adalah program #KamiAngkut.
Danone-AQUA kemudian mendorong Recycling Business Unit (RBU) di Tangerang Selatan, yang merupakan dampingannya, mengembangkan inisiatif #KamiAngkut. Melalui inisiatif ini, RBU memberikan layanan angkut botol plastik bekas kepada pemilik usaha di area Tangerang dan Jakarta. Bahkan telah menambahkan jenis kemasan bekas yang dapat diambil, termasuk gelas plastik dan kardus bekas.
Hingga hari ini, #KamiAngkut telah menjangkau 69 titik. Puluhan titik itu terdiri dari 40 warung atau toko, 10 sekolah, 4 restoran, 6 kantor, 2 tempat olahraga (futsal), dan 7 bank sampah. Dalam hal edukasi, AQUA Berambisi untuk mengedukasi 100 juta konsumen dan 5 juta anak usia sekolah. Berkolaborasi dengan media, institusi pendidikan, LSM, ritel dan penyedia layanan melalui platform digital memimpin kampanye edukasi pengelolaan sampah yang akan mendorong peningkatan kesadaran dan perubahan perilaku. Dan kegiatan yang nyata adalah AQUA sering memberi penyuluhan ke Sekolah sekolah terkait sampah plastik dan secara rutin mengeluarkan artikel secara online mengenai sampah plastik dan penanggulangannya.
Untuk Inovasi, AQUA Berkomitmen untuk membuat kemasan 100% dapat digunakan kembali, didaur ulang atau dijadikan kompos. Terus melakukan riset dan inovasi untuk mendorong penggunaan kemasan yang sirkular dan menciptakan dampak yang positif bagi lingkungan. Dan AQUALife menjadi bukti nyata dari inovasi yang diinginkan AQUA. Selain produk AQUA yang sudah terkenal dengan kualitasnya, AQUA juga membantu kita untuk meningkatkan pelestarian alam, terutama dari kegiatan penanggulangan sampah plastik. Jadi jangan ragu untuk memilih AQUA dalam menemani keseharianmu(4)
- https://www.republika.co.id/berita/qcum4o409/alasan-para-pedagang-masih-sediakan-kantong-plastik
- https://www.liputan6.com/bisnis/read/4454331/41-daerah-sudah-terapkan-larangan-penggunaan-kantong-plastik
- https://www.validnews.id/Ini-Alasan-Masyarakat-Sulit-Kurangi-Penggunaan-Plastik-hgl
- https://bijakberplastik.aqua.co.id/pilar/