Konstantin Georgiyevich Preobrazhenskiy (67), mantan mata mata Rusia KGB mengakui melakukan kegiatan mata mata di Jepang untuk mengumpulkan informasi mengenai China. "Saya memang benar mata mata di masa lalu, merekrut para pelajar China yang masuk sekolah elit seperti Universitas Tokyo, untuk mencari informasi mengenai China di masa lalu," kata Konstantin kepada Ikegami sang penyiar TV acara Nippon no Chou Nanmon (sangat susah di Jepang) saat tampil di televisi Jepang NTV, Sabtu (2/5/2020). Kegiatan perekrutannya sejak awal meminta sang pelajar mengajarkan bahasa China kepadanya di restoran di Jepang.
"Selain saya bayar uang pelajaran bahasa China 10.000 yen, juga saya traktir makan awalnya di restoran murah," kata dia. Setelah semakin dekat dengan pelajar China itu ditraktir ke restoran mahal seperti di dalam Hotel New Otani Tokyo. Konstantin yang mengakui beragama Kristen Katolik mengaku sangat stres saat menjadi mata mata.
"Saya kalau stres ya ke gereja meminta maaf kepada Tuhan, mengaku dosa dan berdoa di sana," kata dia. Setelah itu bekerja lagi sebagai mata mata sesuai yang diinstruksikan atasannya. Saat itu Rusia masih bertikai dengan China sekitar tahun 1980 an. "Itu sebabnya banyak teman saya meninggal karena stres berat saat menjadi mata mata. Oleh karena itu sering sakit kita," lanjutnya.
Pria kelahiran Moskow tahun 1953 itu adalah mantan letnan kolonel KGB, seorang pakar intelijen dan penulis beberapa buku dan banyak artikel tentang organisasi rahasia polisi Rusia. Dia dikenal karena publikasi tentang operasi KGB di Jepang, perekrutan emigran Rusia oleh Dinas Intelijen Asing Rusia, dan infiltrasi Gereja Ortodoks Rusia oleh KGB/Layanan Keamanan Federal (FSB). Konstantin lulus dari Institut negara negara Asia dan Afrika di Universitas Negeri Moskow pada tahun 1976 dan mulai bekerja di departemen Intelijen Asing KGB.
Dia adalah penasihat mengenai China, Jepang dan Korea untuk Leonid Zaitsev, Kepala Intelijen Ilmiah dan Teknis di Direktorat Kepala Pertama. Pada tahun 1980 1985, Preobrazhenskiy bekerja secara tersembunyi sebagai koresponden TASS di stasiun KGB di Tokyo. Dia merekrut para sarjana China untuk Intelijen Ilmiah dan Teknis Soviet.
Pada Juli 1985, polisi Jepang menangkapnya di sebuah pertemuan dengan agen China nya, dan ia dipindahkan kembali ke Moskow. Berita penangkapan muncul di koran Asahi tanggal 17 Juli 1985. Dia menggambarkan peristiwa ini dalam buku "The Spy Who Loved Japan" yang diterbitkan pada tahun 1994.
Pada 1991 Preobrazhenskiy meninggalkan KGB dan mulai menulis buku dan artikel tentang layanan keamanan negara Rusia dan berbagai mata pelajaran politik. Pada 1993 2002 ia bekerja sebagai kolumnis untuk koran Moscow Times. Dia melarikan diri ke Amerika Serikat pada Januari 2003, setelah beberapa episode pelecehan oleh layanan keamanan negara Rusia.
Ia diberikan suaka politik pada Maret 2006. Dia adalah tamu reguler di Voice of America dan telah menjadi dosen di Universitas Columbia, Georgetown dan Johns Hopkins serta pembicara yang diundang di The Intelligence Summit. Buku terbarunya berjudul "Kuda Trojan Baru KGB/FSB: Orang Amerika Keturunan Rusia"
Dia melakukan banyak pertemuan dengan mantan perwira FSB Alexander Litvinenko dan mengomentari pembunuhan Alexander. "Saya tidak ragu untuk mengatakan bahwa ia dibunuh oleh Vladimir Putin, yang menganggapnya sebagai musuh pribadinya. Putin sangat rentan terhadap kritik. Ia memiliki inferiority complex. Dan Litvinenko tahu banyak tentang Putin, tentang kekurangannya, tentang hubungannya dengan beberapa kekuatan politik yang bahkan belum diungkapkan, karena Litvinenko mengenal Putin secara pribadi. Dan Putin adalah orang yang memecat Litvinenko dari FSB," jelas Konstantin. Menurut Konstantin, Putin awalnya bekerja di departemen KGB ke 5 yang bertanggung jawab atas penindasan perbedaan internal di Rusia. Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: [email protected]